skip to main | skip to sidebar

9/25/2011

Grisse Gluren Naar Vergane Glorie - Pameran Foto Pinhole Pertama di Gresik dengan Suasana Gresikan

13 comments
Temaram Damar Kurung Diantara Bangunan Tua di Kemasan
Gresik Mengintip Kejayaan Masa Lampau, ya itulah arti dari judul pameran pinhole yang baru pertama kali diadakan di Gresik oleh Komunitas Pinhole Gresik. Dengan foto-foto bertema kolonial yang sempat bikin saya merinding. ada sesuatu yang beda darifoto itu. Apalagi dengan mengambil lokasi pameran di Kampung Kemasan yang termasuk dalam kawasan Kota Tua di Gresik. Bangunan-bangunan kuno peninggalan Belanda banyak sekali di sini meski kondisinya sudah banyak yang berubah karena kurangnya kepedulian pemerintah dan masyarakat sendiri. Mungkin nanti saya akan posting di bagian tersendiri untuk membahas bangunan-bangunan tua yang ada di Gresik ini.
Kampung Kemasan Siang Sebelum Pameran
Sore Hari Jelang Pameran
Pameran Foto Pinhole yang diadakan pada hari Sabtu, 24 September 2011 semalam sangat mengesankan buat saya dan pastinya para pengunjung yang lain. Di sana kami disuguhi dengan suasana Gresikan yang khas dengan Damar Kurung yang menyala temaram di sepanjang kampung. Ya pameran foto ini tidak diadakan di gedung atau galeri melainkan di tengah gang yang lumayan lebar dengan bangunan-bangunan tua berwarna merah di kanan kirinya. Subhanallah... Saya bener-bener merinding malam itu berada di sana. Ditambah dengan alunan musik akustik yang menjadikan suasana Gresikan tempoe doeloe itu semakin romantis. Frame yang dibuat untuk tempat foto-foto ini pun sangat sederhana namun menarik. Sekali lagi saya membuktikan sesuatu yang indah dan bagus itu tidak perlu mewah, tapi berfikir kreatif dan sederhana bisa membuat sesuatu itu menjadi wah dan spektakuler seperti pameran ini.
Suasana Kemasan Saat Pameran
Frame Tempat Foto Berjajar Sepanjang Kemasan

Foto-foto yang dipajang di pameran ini tidak kalah luar biasanya menurut saya. Berbekal kamera pinhole atau lubang jarum yang terbuat dari kaleng rokok bekas, kotak minuman bekas ataupun karton-karton sisa yang menurut orang-orang itu remeh tapi di tangan-tangan orang-orang kreatif ini semua itu dirubah menjadi kamera yang menghasilkan gambar yang indah dan sangat sesuai dengan tema kolonialisme yang diangkat dalam pameran ini. Untuk penjelasan lebih detail apa itu kamera pinhole atau lubang jarum teman-teman bisa googling atau langsung ke blognya sang master pinhole sekaligus orang yang ada dibalik tewujudnya pameran pinhole ini yaitu @cakpii di sini
Aneka Kamera Pinhole
Oh ya selain pameran juga ada workshop membuat dan memotret dengan kamera pinhole hari ini 25 September 2011 di Kampung Kemasan juga. Semoga acara ini tidak berhenti sampai di sini saja dan bisa berlanjut ke depannya nanti. Sekali lagi tidak perlu mewah dan mahal untuk membuat sesuatu yang indah dan menarik. Hanya butuh sedikit kepedulian dan kreatifitas untuk membuat itu semua.

Beberapa hasil kamera pinhole yang sempat saya potret :



9/24/2011

Keliling Madura Demi Sharing Keliling

1 comments
Oi oi oi.... Halooooo..... Akhirnya ada mood buat ngisi blog lagi nih pemirsah setelah sekian lama. Tuh salahkan twitter yang ngebuat orang jadi males nulis. Saya nulis ini aja harus konsentrasi penuh Tanpa facebook dan terutama twitter. Percaya ndak? Haha.

@ndorokakung alias memberikan sambutan
Saya jadi semangat nulis lagi ini setelah ikutan Sharing Keliling yang diadakan internetsehat.org dan salingsilang.com bekerja sama dengan komunitas blogger Madura Plat-M Sabtu, 17 September kemarin. Saya berangkat ke sana bersama Dendy Adiluhung mewakili @infoGRESIK. Bayangkanlah saya harus menempuh perjalanan mulai jam 6 pagi dari Gresik melawan arus lalu lintas yang kejam melalui jalur tengkorak Kalianak kemudian dilanjut menyebrang Selat Madura melalui Suramadu, jembatan kebanggaan bangsa ini yang katanya bahan bakunya memakai Semen Gresik. Perjalanan kami menuju TKP di Universitas Trunojoyo untuk menuntut ilmu ini memang tidaklah mudah. Kami harus keliling-keliling ndak jelas di tengah ganasnya matahari pulau garam. Jadi sebelum acara Sharing Keliling ini saya dan Dendy bener-bener harus keliling Madura dulu gara-gara navigator kami yang notabene adalah Mahasiswa Unijoyo tingkat akhir (sebut saja dia @niyasyah) agak kurang tepat menginfokan rute menuju kampus tercintanya itu. Dan saya ama Dendy juga sempat dicaci maki atau istilah jawanya itu dipisui ama sopir angkot Madura gara-gara kami belok mendadak (kalau ini mungkin salah kami ya. He3)

Pertunjukkan Capoeira oleh Mahasiswa Unijoyo
Tepat pukul 9 lebih sekian menit akhirnya sampai juga kami di Universitas Trunojoyo. Meski agak sedikit telat karena acara baru saja dibuka oleh MC yang lagi-lagi saya harus menyebutkan nama @niyasyah di sini karena memang dia salah satu MC-nya. Eksis beud nih anak emang. Acara diawali dengan sambutan dari Om Wicaksono atau yang lebih hits dikenal dengan sebutan @ndorokakung kemudian dilanjut dengan pertunjukan Capoeira (bener ndak ini ejaannya) dari mahasiswa-mahasiswa Unijoyo. Saya sempat kaget emang di Madura ada yang kayak begituan, wong di Gresik saja saya ndak pernah liat (atau memang saya yg cupu di sini ya?). Selepas pertunjukkan Capoeira acara dilanjutkan dengan nyemil sambil menggambar peta Madura. Entah ada maksud terselubung ama mereka menyuruh peserta workshop menggambar peta tersebut sampai saat ini masih menjadi pertanyaan saya.

Mas Danny Tumbelaka Memberikan Materi Photo Blogging
Setelah peserta dikumpulkan di satu ruangan kami dibagi menjadi tiga kelas. Yaitu kelas creative writing dengan Om Wicaksono alias @ndorokakung. kelas photo blogging dengan Mas Danny Tumbelaka dan kelas video blogging dengan Mbak Imoth. Saya awalnya bingung mau ikut kelasnya Ndoro atau Mas Danny. Sedangkan Dendy pengennya ikut kelasnya Mas Danny atau Mbak Imoth. Setelah terjadi perdebatan sengit yang memeras tenaga dan pikiran akhirnya saya dan Dendy memilih kelas Photo Blogging-nya Mas Danny Tumbelaka. alasan saya memilih kelasnya Mas Danny adalah karena gambar atau foto itu bisa lebih bercerita daripada sekedar tulisan. Foto juga bisa memberi inspirasi orang untuk menulis. Dan foto juga memberikan lebih banyak warna dalam tulisan. Jadi paling tidak saya bisa belajar sedikit bagaimana cara mengambil gambar  dengan bagus dengan peralatan saya yang cukup minimalis.

Foto bareng Mas Danny Tumbelaka, Dendy dan Niyasyah Sebelum Pulang


 Kelasnya Mas Danny menurut saya kelas yang paling lama karena saat dua kelas yang lain dah bubaran kami masih jalan, meskipun  buat saya sendiri sih masih kurang durasinya. Di sini Mas Danny tidak terlalu banyak merangkan tentang teknik memotret yang njelimet. Dia merangsang kami untuk berkarya meski hanya bermodal kamera di handphone. Batasan antara fotografer amatir dengan profesional bukan pada alat yang mahal tapi dari rasa begitu kata Mas Danny. Secara jaman sekarang banyak abegeh-ab egeh yang petentang petenteng kemana-mana bawa DSLR tapi.... Ah sudahlah. Cara makainya hanya Tuhan dan mereka yang tahu bisa apa ndak. He3. Meskipun alat potret kita seadanya tapi kalau kita sudah mengenalnya luar dalam pasti hasilnya akan maksimal. Sering-sering saja ckrak ckrik dan otak atik sana sini. Lama-lama juga kita akan terbiasa dengan alat yang kita pakai itu. Sekalian juga kan melatih mata kita mencari sesuatu yang bagus untuk dijepret. Seiring mata dilatih, mata hati pasti terasah juga. Yang penting dalam berkarya jangan pikirkan penilaian orang lain dulu. Apa yang menurut kamu bagus jepret aja. Kalau sebelumnya udah takut dengan penilaian orang nanti begini begitu ya ndak bakalan maju. Lha kalau sudah jadi hasilnya baru dah kita minta penilaian orang lain untuk bahan intropeksi dan masukan dengan meng-upload karya kalian ke media seperti jejaring sosial dll. Belajarlah dari kritikan bukan dari pujian. Yang mengkritik itu bukan berarti mereka ndak cinta tapi mereka pengen kamu maju dan lebih baik.
Meski ndak ikut kelas ndoro dan Mbak Imoth tetep harus foto bareng
Menjelang detik-detik makan siang temen saya Dendy mengajukan pertanyaan yang cukup konyol ke Mas Danny menurut saya tapi membuat kelas menjadi hidup. Dari SMA sampai sekarang teman saya yang satu itu memang konyol, tapi kadang cukup wise juga. Hahahaha. Acara Sharing Keliling ini ditutup dengan acara Sharing Komunitas dan Games. Di Sharing Komunitas ini kita saling memeperkenalkan kegiatan komunitas yang kita lakukan. Acara berakhir sekitar pukul setengah empat. Setelah itu si @niyasyah mengajak saya dan Dendy makan rujak cingur di Madura. Baik sekali si niyasyah ini. Ah kali ini aku harus memuji dia karena dia mentraktir kami semua. Hahahaha. Setelah berujak ria kami berjalan-jalan sejenak sambil mempraktekkan ilmunya Mas Danny di Pelabuhan Timur Kamal. Jeprat sana jepret sini dan sedikit bernarsis-narsis ria. He3. Menjelang Maghrib saya dan Dendy harus cabut darinpulau garam yang memberikan banyak pelajaran dan pengalaman hari itu. Sampai jumpa Madura! Terimakasih untuk plat-m yang mengundang kami semua. Semoga lain kali bisa main-main lagi ke sana